Mancing

Mancing
Ikan hiu

Jumat, 24 Februari 2012

Fwd: AJIAN WARINGIN SUNGSANG

Date: Fri, 24 Feb 2012
AJIAN WARINGIN SUNGSANG

Ajian Waringin Sungsang ini merupakan salah satu "puncak ilmu" kejadukan/
kanoman/ kanuragan yang dimiliki oleh para pendekar digdaya masa lalu.

Ajian Waringin Sungsang memiliki efek yang sangat mematikan. Siapa yang
diserang ajian ini akan terserap energi kesaktiannya dan mengalami lumpuh
hingga akhirnya roboh tidak berdaya. Dan dengan memiliki ajian ini muncul
energi pertahanan kekuatan tubuh yang sangat hebat. Maka, para pendekar
yang memiliki Ajian Waringin Sungsang ini bisa dipastikan akan disegani
kawan sesama pendekar maupun musuh.

Ajian Waringin Sungsang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Dia juga
menciptakan banyak ilmu kedigdayaan lain seperti aji lembu sekilan dan
lainnya. Kenapa Sunan Kalijaga menciptakan ilmu kedigdayaan yang begitu
banyak?

Salah satu alasan logisnya yaitu pada masa itu banyak kejahatan dari
golongan pendekar yang beraliran ilmu hitam dan banyaknya ahli sihir yang
mempraktekkan ilmu-ilmu sihir yang menggunakan kekuatan buruk. Mereka
berkuasa dan ditakuti oleh masyarakat awam.

Untuk menaklukkan kalangan pendekar berilmu hitam dan meyakinkan kepada
masyarakat umum bahwa sumber kekuatan ilmu kanuragan tetap dari Tuhan Yang
Maha Kuasa. Ini terlihat dari rapal-rapal ilmu kedigdayaan ciptaan Sunan
Kalijaga selalu bernuansa religius dan menyertakan "nama" Tuhan.

Ajian Waringin Sungsang memiliki falsafah yang mendalam. Waringin Sungsang
berarti pohon beringin yang terbalik dimana akarnya berada di atas, seperti
pohon kalpataru. Pohon waringin sungsang ini bermakna sumber kehidupan
segala yang ada, sumber kebahagiaan, keagungan, serta sumber asal mula
kejadian. Maka pohon ini juga disebut pohon purwaning dumadi atau pohon
sangkan paran.

Di dalam waringin sungsang, juga terdapat ular yang melilit pohon tersebut.
Ini melambangkan jasmani dan rohani yang telah menyatu dalam perilaku.
Maka, seorang pendekar pemilik ilmu waringin sungsang ini adalah orang yang
sudah manunggal atau menyatu kehendak lahir dan kehendak batinnya. Ilmu ini
hanya dimiliki oleh para pendekar sepuh atau 'tua' sehingga tidak digunakan
sembarangan karena efeknya yang melumpuhkan.

Pohon berasal dari kayu atau kayon, berasal dari bahasa Arab 'khayyu' yang
artinya hidup. Dalam ilmu kalam 'khayyu' hanya merupakan sifat sejatinya
Tuhan. Di dalam Al Quran dinyatakan; "Allahu la illaha illa huwal hayyu
qayyum" yang artinya Tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus makhluknya. (QS, 2, 255).

Karena begitu tingginya falsafah yang terkandung dalam ajian Waringin
Sungsang ini, maka hanya kepada para pendekar yang sudah "menyelesaikan"
urusan diri sendirilah ilmu ajian ini boleh diwariskan.

Ajian Waringin Sungsang dirapalkan sebagai berikut:

Sun amatek ajiku Waringin Sungsang
wayahipun tumuruna, ngaubi awak mami, tur tinuting bala, pinacak suji
kembar, pipitu jajar maripit, asri yen siyang, angker kalane wengi.
Duk samana akempal kumpuling rasa, netraku dadi dingin, netra ningsun emas,
puputihe mutyara, ireng-ireng wesi manik, ceploking netra, waliker uda
ratih.
Idep ingsun kekencang bang ruruwitan, alisku sarpa mandi, kiwa tengen
pisan, cupakku surya kembar, kedepku pan kilat tatit, kang munggeng sirah,
wesi kekenten adi.
Rambut kawat sinomku pamor anglayap, batuk sela cendani, kupingku salaka,
pilingan ingsun gangsa, irungku wesi duaji, pasu kulewang, pipiku wesi
kuning.
Watu item lungguhe ing janggut ingwang, untuku rajeg wesi, lidah wesi
abang, aran wesi mangangkang, iduku tawa sakalir, lambeku iya, sela
matangkep kalih.
Guluku-ningsun paron wesi galigiran, jaja wesi sadacin, pundak wesi akas,
walikat wesi ambal, salangku wesi walulin, bauku denda, sikutku pukul wesi.
Asta criga epek-epek ingsun cakra, cakar wok jempol kalih, panuduh trisula,
panunggulku musala, mamanisku supit wesi, jentikku iya, ingaran pasopati.
Bebokongku sela ageng kumalasa, akawet wesi gilig, ebol-ingsun karah, luput
denda kang tinja, balubukan entut mami, uyuhku wedang, dakarku purasani.
Jembut kawat gantungaku wesi mentah, walakang wesi gapit, pupu kalataka,
sungsum ingsun gagala, ototku gungane wesi, ing dalamkan, ingaran kaos wesi.
Sampun pepak sarira-ningsun sadaya, samya pangawak wesi, pan ratuning
braja, manjing aneng sarira, tan ana braja ndatengi, dadya wiyana, ayu
sarira mami.
Ana kidung sun-angidung bale anyar, tanpa galar asepi, ninis samun samar,
patining wuluh kembang, siwur burut tanpa kancing, kayu trisula, gagarannya
calimprit.
Sumur bandung sisirah talaga mancar, tibeng jaja ajail, dinding endas
parah, ulur-ulur liweran, tatambang jaringing maling, dadal dadnya,
gagulung ing gagapit.
Naga raja pangawasan manik kembang, kembang gubel abaji, tajem neng
kandutan, udune sarwi nungsang, kurangsangan angutipil, angajak-ajak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar